Minggu, 09 Desember 2012

Grup Kolintang Sekolah Manakah Yang Terbaik di Festival Malesung 2012?

Pembukaan Festival Malesung dibuka dengan adanya Tarian Kabasaran dan tarian Ma'engket dari Grup Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. Festival yang diadakan pada tanggal 23-24 Maret 2012 di SportMall Kelapa Gading ini begitu meriah. Tak hanya warga Kawanua saja yang hadir untuk menyaksikan, tetapi warga Jakarta dan sekitarnya pun turut serta menyaksikan meriahnya Festival Malesung tahun ini.
Dihadiri oleh ketua penyelenggara Bpk Benny. Mamoto, dan berberapap tokoh-tokoh seni Sulawesi Utara lainnya seperti Joudy Aray.

Dibuka dengan lomba Tarian Ma'engket tingkat sekolah, dan tingkat umum, Lomba Festival Malesung dimulai. Hari pertama tanggal 23 Maret dimulai dengan Lomba Ma'engket baik tingkat pelajar maupun tingkat umum. Hari kedua tanggal 24 barulah diadakannya Lomba Kolintang tingkat pelajar dan profesional. Siapakah yang membawa piala juara (3 besar) dalam lomba kolintang tingkat pelajar Festival Malesung tahun ini ??

Ya, Grup Kolintang dari kota Tomohon membawa piala juara 1,2 dan 3. Mereka berasal dari Grup Kolintang SMU katolik St. Nicolaus Tomohon, SMK Katolik Sta. Familia Tomohon, dan SMP Katolik Gonzaga Tomohon.
Mereka bersaing begitu sengitnya, membawakan lagu wajib Mars Minahasa, lagu daerah dan lagu instrumen.
Namun, walaupun bersaing, mereka tetap saling mendukung karena ini merupakan ajang yang juga membangkitkan semangat solidaritas warga Kawanua.

Siapakah pemenang berikutnya dalam festival seni budaya 2013 nanti? Apakah grup Kolintang Kota Tomohon masih akan mempertahankan kejuaraan mereka? Tunggu dan saksikan!

SMU Katolik St. Nicolaus Tomohon

SMK Katolik Sta. Familia Tomohon

Minggu, 10 Juni 2012

Cara Memainkan Alat Musik Kolintang

Setiap alat memiliki nama yang lazim dikenal. Selain dikenal sebagai sebutan Tong Ting Tang (sebutan dari para rakyat dahulu kala) setiap alat dari Kolintang ini juga memiliki nama tersendiri yang berjumlah sembilan buah.

  • Melodi 1 (Ina Esa)
  • Melodi 2 (Ina Rua)
  • Juke (Katelu)
  • Ukulele/Benjo 1 (Uner Esa)
  • Ukulele/Benjo 2 (Uner Rua)
  • Gitar 1 (Karua Esa)
  • Gitar 2 (Karua Rua)
  • Cello (Sella)
  • Bass (Loway)
1. Melodi
Melodi dimainkan dengan menggunakan 2 pemukul. Karna nadanya tidak terlalu panjang, maka pemain harus memukul atau menggertarkan pukulannya dengan panjang sehingga nada yang keluarpun panjang. Fungsi pembawa lagu dapat disamakan dengan meldoi, gitar, biola, xylophone atau vibraphone. Hanya saja suaranya tidak terlalu panjang. Jika ada 2 melodi, yaitu melodi 1 dan melodi dua maka kombinasinya sama dengan orang bernyanyi duet. Jika dimainkan bersama, maka dapat mengimbangi pengiring (terutama untuk set lengkap) atau bisa juga memainkan nada yang sama, namun berbeda oktaf, atau bisa juga melodi yang satu memainkan pokok lagu, dan melodi yang lainnya memainkan improvisasi.
2. Juke
Berperan sebagi juke pada oker keroncong. Juke dimainkan dengan menggunakan tiga pemukul. Satu pemukul di tangan kiri dan dua pemukul di tangan kanan. Cara memegangnya agak sedikit sulit. Pemukul ditangan kiri dipegang seperti memegang pemukul biasa, namun dua pemukul dibagian kanan harus sesuai dengan jari-jari pemain. Pemukul yang satunya dipegang atau dijepit diantara jari jempol dan jari telunjuk, dan bisa juga ditahan oleh jari tengah agar pemukul tidak lepas, dan pemukul yang satunya lagi dipegang atau dijepit diantara jari manis dan jari kelingking. Namun, pemain harus benar-benar kuat dalam memegang pemukul sehingga pemukul tersebut tidak lepas dari tangannya. Juke dipukul berdasarkan akor. Akor-akor itu sendiri sama seperi pada piano. Susunan Juke sama seperti pengiring lainnya, hanya saja suara yang dihasilkan oleh juke lebih melengking, hampir sama dengan suara yang dihasilkan melodi, sehingga memukulnya tidak boleh terlalu kuat sehingga tidak terlalu mencolok.
3.Benjo
Alat yang satu ini memiliki peran yang tidak berbeda jauh dengan juke. Pemukulnya juga harus tiga, namun cara memukulnya berbeda. Benjo dipukul lebih banyak daripada memukul Juke. Satu kali berbunyi, rata-rata benjo mengeluarkan 5-10 pukulan. Pukulannya sendiri tergantung tempo dan jenis lagu yang digunakan. Urutan dan susunan baloknya sama persis dengan Juke, hanya saja sedikit lebih besar.
4. Gitar
Tidak berbeda jauh dengan pengiring lainnya yaitu juke dan benjo, Gitar juga memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai pengiring. Pemukulnya berjumlah tiga pemukul. Namun yang berbeda dari gitar adalah cara memukul, bunyi dan ukurannya. Cara memukul gitar lebih sedikit pukulannya dengan benjo. Karena suaranya sudah mendekati suara cello, oktafnya lebih rendah daripada benjo. Ukurannya pun sedikit lebih besar daripada Benjo.
5.Bass
Bass memiliki ukuran yang paling besar. Balok-baloknya pun jauh lebih besar daripada ukuran balok pengiring (juke,benjo,gitar). Bass hanya dimainkan dengan menggunakan dua pemukul. Cara memukulnya berbeda dengan memukul pengiring. Bass hanya dimainkan dengan cara memukul satu persatu balok, tidak seperti pengiring yang memukul tiga balok sekaligus. Bass juga hanya dimainkan dengan memukul salah satu nada dari akor yang ada.

Berikut adalah beberapa akor yang sering digunakan pengiring dalam memainkan sebuah lagu:
C (5 1 3)
G (5 2 7)
F (6 1 4)
D (6 2is 4)
E (5 3 7)
A (6 1 3)
B (7 2 4)



(cla/rans)

Pengertian Kolintang

Kolintang merupakan alat musik yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara yang terbuat dari bahan dasar kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan nada yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan namun padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).

Sejarah mencatat, ratusan tahun lalu, sempat dilarang dimainkan saat penjajahan Belanda. Pada mulanya Kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk ditanah , dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu, kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat.
Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa pada 1830. Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya. Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur.
Itulah sebabnya dengan masuknya agama Kristen di Minahasa, eksistensi Kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama 100 tahun.
Selama seabad lebih, eksistensi Kolintang semakin terdesak dan hampir punah. baru setelah Perang Dunia II sekitar tahun 1952, seorang tunanetra bernama NELWAN KATUUK menghadirkan kembali instrumen musik ini lewat pagelaran musik yang disiarkan di RRI Minahasa.
Kata Kolintang berasal dari bunyi Tong (nada rendah) Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu, dalam bahasa daerah Minahasa, untuk mengajak orang bermain Kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan " Meimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG" untuk alat yang digunakan bermain. (cla/rans)